"Hidup adalah Kompromi Tanpa Batas"

       Aku sendiri tipikal pribadi yang bersedia meluangkan waktuku untuk berkompromi. Untuk beberapa hal aku punya otoritas yang tidak bisa diganggu gugat tentang prinsip hidupku, tapi untuk hal lainnya aku membuka pintuku untuk menerima hal lain dalam rangka perbaikan-perbaikan kecil ke arah positif. Percayakah kalian? Ketika kita bersedia meluangkan waktu untuk berkompromi dengan orang lain, akan selalu ada orang lain yang mau meluangkan waktunya berkompromi dengan kita.
        Kompromi, kenapa harus? Kita hanyalah makhluk ciptaan yang punya kuota terbatas atas kuasa di dunia. Sepandai-pandainya kita, sekaya apapun kita, seberapa tinggi ilmu kita, dan deretan panjang predikat di belakang nama kita, percayalah bahwa Dia tidak menciptakan kita dalam susunan tanpa cela. Agar manusia tidak keras hati melulu. Agar kita tidak berhenti berinteraksi dengan saudara kita di dunia. Tapakan demi tapakan hidup akan membawa kita pada kondisi betapa kita lemah dan tanpa daya dengan segala pengalaman kita. Pengalaman akan terasa selalu kurang dan menundukkan kita pada kemegahan jagat raya. Pada hamparan bumi-Nya. Kita, kerdil tanpa kecuali.
          Kompromi, karena kepribadian manusia pun bersifat dinamis. Akan selalu mengikuti tuntutan dan keadaan. Karena hidup tidak pernah bercanda mempertemukan kita pada situasi yang seringkali justru kita hindari. Kita tidak bisa memilih peristiwa apa yang akan singgah dalam hidup. Kita tidak bisa meminta hidup akan selalu berjalan baik-baik saja. Bagaimana bisa kita menghindari hujan sementara kita justru kebanjiran? Kita tidak bisa menjadi sempurna tanpa melakukan salah. Kompromi, karena ada fungsi akal manusia yang dititipkan dari sejak pertama kita terlahir. Untuk mencerna banyak informasi juga adanya kuasa kecil kita sebagai manusia untuk memilih keputusan-keputusan kecil dalam hidup kita.
         Kompromi, bisa jadi diri kita yang sekarang bukanlah diri kita beberapa tahun yang lalu. Komposisi diri ada yang dikurangi juga ada yang bertumbuh. Untuk menyelaraskan langkah dengan dunia. Agar kita paham bahwa hidup tidak selalu seperti yang kita inginkan. Contohnya begini, bisa jadi sparepart yang satu bagus untuk kendaraan A, namun ternyata tidak bagus untuk kendaraan B. Apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut orang lain. Apa yang kita setel sebagai prinsip, tidak perlu menjadikannya sebagai satu-satunya sumber kebenaran.
Aku masih sebagai penganut teori psikologi humanistik, yang meyakini manusia sebagai pribadi-pribadi dengan keunikannya sendiri-sendiri. Dan dengan caranya masing-masing mereka berkompromi. Berkompromi dengan hidup, dengan lingkungan, dengan kenyataan.


       Kompromi, bentuk kesepakatan yang diambil untuk memenangkan dua belah pihak. Untuk mempersempit jarak beda. Juga melakoninya sebagai keputusan, bukan sekedar ucapan. Kompromi, bukanlah kata “ya” pada orang lain sementara berkata “tidak” dalam hati. Kompromi melalui tahapan mencerna keadaan, memikirkan kemungkinan yang ada, menyetel pilihan yang paling sesuai dengan realita, dan menjalankan keputusan yang diambil.



         Selamat datang dalam kehidupanku, untuk kalian yang tidak identik denganku. Kita berguna sebagai pengingat satu sama lainnya. Karena mungkin saja daftar isi kepalaku bisa tukar tambah dengan daftar isi kepalamu. Percayalah, melihat sisi lain hidup manusia adalah cemilan yang tiada duanya. Asiknya mengalahkan euforia tanggal muda. Aku melepas sekat untuk mempersilahkan kalian hadir tanpa perlu parkir. Bertukar cerita adalah bebas adanya, entah nanti jika sudah ada waktunya pajak pertambahan nilai curhatan. Terima kasih untuk setiap kompromi kecil juga besar selama ini. Terima kasih bahwa perjalanan panjangku menjadikan koleksi kompromiku tak berkesudahan. Aku mensyukuri hidupku yang dulu, sekarang dan akan datang.

Komentar

Postingan Populer